Pengertian
Pencemaran Udara
Pencemaran
udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di
atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan mahkluk hidup,
mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Pencemaran
udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir
yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada
kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan.
Penyebab
Utama Pencemaran Udara :
Di kota besar
sangat sulit untuk mendapat udara yang segar, diperkirakan 70 % pencemaran yang
terjadi adalah akibat adanya kendaraan bermotor.
Contoh : di Jakarta antara tahun 1993-1997 terjadi peningkatan jumlah kendaraan
berupa :
- Sepeda motor 207 %
- Mobil penumpang 177 %
- Mobil barang 176 %
- Bus 138 %
Pencemaran
Udara akibat Kendaraan Bermotor
Dampak
Pencemaran Udara :
- Penipisan
Ozon
- Pemanasan Global ( Global Warming )
- Penyakit pernapasan, misalnya : jantung, paru-paru dan tenggorokan
- Terganggunya fungsi reproduksi
- Stres dan penurunan tingkat produktivitas
- Kesehatan dan penurunan kemampuan mental anak-anak
- Penurunan tingkat kecerdasan (IQ) anak-anak.
Klasifikasi
Pencemar Udara :
1. Pencemar
primer : pencemar yang di timbulkan langsung dari sumber pencemaran udara.
2. Pencemar
sekunder : pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di
atmosfer.
Contoh: Sulfur dioksida, Sulfur monoksida dan uap air akan menghasilkan asam
sulfurik.
Jenis-jenis
Bahan Pencemar yang paling mendominisasi adalah gas rumah kaca.
Dan gas rumah kaca yang terbanyak berasal dari uap air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Karbondioksida adalah gas terbanyak kedua. Ia
timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan vulkanik; pernapasan hewan
dan manusia (yang menghirup oksigen dan menghembuskan karbondioksida); dan pembakaran material organik
(seperti tumbuhan).
Ada lima pencemaran primer yaitu
Karbon monoksida (CO), Nitrogen oksida (Nox), Hidrokarbon (HC), Sulfur oksida (Sox), Partikulat.
Dan ada beberapa pencemaran sekunder yang dapat mengakibatkan dampak penting baik lokal, regional maupun global yaitu: O2 (karbon monoksida),Cemaran asbut (asap kabut) atau smog (smoke fog), Hujan asam, CFC (Chloro-Fluoro-Carbon/Freon),CH4 (metana).
Unsur-unsur Pencemar Udara yaitu : Karbon monoksida (CO), Nitrogen oksida (Nox), Sulfur oksida (SOX), Hidrokarbon (HC), Partikulat, Karbondioksida (CO2), Metana (CH4), Asap kabut fotokimia, Hujan asam
Berikut ini
beberapa macam yang termasuk gas-gas rumah kaca :
1. Karbon monoksida (CO)
A. SIFAT
FISIKA DAN KIMIA
Karbon dan
Oksigen dapat bergabung membentuk senjawa karbon monoksida (CO) sebagai hasil
pembakaran yang tidak sempurna
dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida
merupakan senyawa yang tidak berbau,
tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak
seperti senyawa CO mempunyai potensi
bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan
pigmen darah yaitu haemoglobin.
B. SUMBER
DAN DISTRIBUSI
Karbon
monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah, tetapi sumber utamanya
adalah dari kegiatan manusia, Korban
monoksida yang berasal dari alam termasuk dari lautan, oksidasi metal di
atmosfir, pegunungan, kebakaran hutan dan badai
listrik alam. Sumber CO
buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar
bensin. Berdasarkan estimasi, Jumlah CO
dari sumber buatan diperkirakan mendekati 60 juta Ton per tahun. Separuh dari
jumlah ini berasal dari kendaraan bermotor
yang menggunakan bakan bakar bensin dan sepertiganya berasal dari sumber tidak
bergerak seperti pembakaran batubara
dan minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik. Didalam laporan WHO
(1992) dinyatakan paling tidak 90% dari
CO diudara perkotaan berasal dari emisi kendaraan bermotor. Selain itu asap
rokok juga mengandung CO, sehingga para
perokok dapat memajan dirinya sendiri dari asap rokok yang sedang dihisapnya. Sumber CO
dari dalam ruang (indoor) termasuk dari tungku dapur rumah tangga dan tungku
pemanas ruang. Dalam beberapa penelitian
ditemukan kadar CO yang cukup tinggi didalam kendaraan sedan maupun bus. Kadar CO
diperkotaan cukup bervariasi tergantung dari kepadatan kendaraan bermotor yang
menggunakan bahan bakar bensin dan
umumnya ditemukan kadar maksimum CO yang bersamaan dengan jam-jam sibuk pada
pagi dan malam hari. Selain cuaca,
variasi dari kadar CO juga dipengaruhi oleh topografi jalan dan bangunan
disekitarnya. Pemajanan CO dari udara ambien
dapat direfleksikan dalam bentuk kadar karboksi-haemoglobin (HbCO) dalam darah
yang terbentuk dengan sangat pelahan
karena butuh waktu 4-12 jam untuk tercapainya keseimbangan antara kadar CO
diudara dan HbCO dalam darah Oleh karena itu
kadar CO didalam lingkungan, cenderung dinyatakan sebagai kadar rata-rata dalam
8 jam pemajanan Data CO yang
dinyatakan
dalam rata-rata setiap 8 jam pengukuran sepajang hari (moving 8 hour average
concentration) adalah lebih baik dibandingkan
dari data CO yang dinyatakan dalam rata-rata dari 3 kali pengukuran pada
periode waktu 8 jam yang berbeda dalam
sehari. Perhitungan tersebut akan lebih mendekati gambaran dari respons tubuh
manusia terhadap keracunan CO dari udara. Karbon
monoksida yang bersumber dari dalam ruang (indoor) terutama berasal dari alat
pemanas ruang yang menggunakan bahan
bakar fosil dan tungku masak. Kadar nya akan lebih tinggi bila ruangan tempat
alat tersebut bekerja, tidak memadai ventilasinya.
Namun umunnya pemajanan yang berasal dari dalam ruangan kadarnya lebih kecil
dibandingkan dari kadar CO hasil
pemajanan asap rokok. Beberapa
Individu juga dapat terpajan oleh CO karena lingkungan kerjanya. Kelompok
masyarakat yang paling terpajan oleh CO
termasuk polisi lalu lintas atau tukang pakir, pekerja bengkel mobil, petugas
industri logam, industri bahan bakar bensin, industri
gas kimia dan pemadam kebakaran. Pemajanan
Co dari lingkungan kerja seperti yang tersebut diatas perlu mendapat perhatian.
Misalnya kadar CO di bengkel kendaraan
bermotor ditemukan mencapai setinggi 600 mg/m3 dan didalam darah para pekerja
bengkel tersebut bisa mengandung
HbCO sampai lima kali lebih tinggi dari kadar nomal. Para petugas yang bekerja
dijalan raya diketahui mengandung
HbCO dengan kadar 4–7,6% (porokok) dan 1,4–3,8% (bukan perokok) selama sehari
bekarja. Sebaliknya kadar HbCO pada
masyarakat umum jarang yang melampaui 1% walaupun studi yang dilakukan di 18
kota besar di Amerika Utara menunjukan
bahwa 45 % dari masyarakat bukan perokok yang terpajan oleh CO udara, di dalam
darahnya terkandung HbCO melampaui
1,5%. Perlu juga diketahui bahwa manusia sendiri dapat memproduksi CO akibat
proses metabolismenya yang normal.
Produksi CO didalam tubuh sendiri ini (endogenous) bisa sekitar 0,1+1% dari
total HbCO dalam darah.
C. DAMPAK
TERHADAP KESEHATAN
Karakteristik
biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya untuk berikatan dengan
haemoglobin, pigmen sel darah
merah yang mengakut oksigen keseluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan pembentukan
karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali
lebih stabil dibandingkan oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif
lambat menyebabkan terhambatnya kerja
molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa oksigen keseluruh tubuh.
Kondisi seperti ini bisa berakibat serius,
bahkan fatal, karena dapat menyebabkan keracunan. Selain itu, metabolisme otot
dan fungsi enzim intra-seluler juga dapat
terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil tersebut. Dampat keracunan CO
sangat berbahaya bagi orang yang telah
menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang parah. Dampak
dari CO bervasiasi tergangtung dari status kesehatan seseorang pada saat terpajan.
Pada beberapa orang yang berbadan
gemuk dapat mentolerir pajanan CO sampai kadar HbCO dalam darahnya mencapai 40%
dalam waktu singkat.Tetapi
seseorang yang menderita sakit jantung atau paru-paru akan menjadi lebih parah
apabila kadar HbCO dalam darahnya sebesar
5–10%.Pengaruh
CO kadar tinggi terhadap sistem syaraf pusat dan sistem kardiovaskular telah
banyak diketahui. Namun respon dari masyarakat
berbadan sehat terhadap pemajanan CO kadar rendah dan dalam jangka waktu
panjang, masih sedikit diketahui. Misalnya
kinerja para petugas jaga, yang harus mempunyai kemampuan untuk mendeteksi
adanya perubahan kecil dalam lingkungannya
yang terjadi pada saat yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya dan membutuhkan
kewaspadaan tinggi dan terus
menerus, dapat terganggu/ terhambat pada kadar HbCO yang berada dibawah 10% dan
bahkan sampai 5% (hal ini secara
kasar ekivalen dengan kadar CO di udara masing-masing sebesar 80 dan 35 mg/m3)
Pengaruh ini terlalu terlihat pada perokok,
karena kemungkinan sudah terbiasa terpajan dengan kadar yang sama dari asap
rokok.
Beberapa
studi yang dilakukan terhadap sejumlah sukarelawan berbadan sehat yang
melakukan latihan berat (studi untuk melihat
penyerapan oksigen maksimal) menunjukkan bahwa kesadaran hilang pada kadar HbCO
50% dengan latihan yang lebih
ringan, kesadaran hilang pada HbCo 70% selama 5-60 menit. Gangguan tidak
dirasakan pada HbCO 33%, tetapi denyut jantung
meningkat cepat dan tidak proporsional. Studi dalam jangka waktu yang lebih
panjang terhadap pekerja yang bekerja selama 4
jam dengan kadar HbCO 5-6% menunjukkan pengaruh yang serupa terhadap denyut
jantung, tetapi agak berbeda. Hasil
studi diatas menunjukkan bahwa paling sedikit untuk para bukan perokok,
ternyata ada hubungan yang linier antara HbCO dan
menurunnya kapasitas maksimum oksigen. Walaupun
kadar CO yang tinggi dapat menyebabkan perubahan tekanan darah, meningkatkan
denyut jantung, ritme jantung menjadi
abnormal gagal jantung, dan kerusakan pembuluh darah periferal, tidak banyak
didapatkan data tentang pengaruh pemajanan
CO kadar rendah terhadap sistim kardiovaskular. Hubungan
yang telah diketahui tentang merokok dan peningkatan risiko penyakit jantung
koroner menunjukkan bahwa CO kemungkinan
mempunyai peran dalam memicu timbulnya penyakit tersebut (perokok berat tidak
jarang mengandung kadar HbCO
sampai 15 %). Namun tidak cukup bukti yang menyatakan bahwa karbon monoksida
menyebabkan penyakit jantung atau
paru-paru, tetapi jelas bahwa CO mampu untuk mengganggu transpor oksigen ke
seluruh tubuh yang dapat berakibat serius
pada seseorang yang telah menderita sakit jantung atau paru-paru. Studi
epidemiologi tentang kesakitan dan kematian akibat penyakit jantung dan kadar
CO di udara yang dibagi berdasarkan wilayah,
sangat sulit untuk ditafsirkan. Namun dada terasa sakit pada saat melakukan
gerakan fisik, terlihat jelas akan timbul pada
pasien yang terpajan CO dengan kadar 60 mg/m3, yang menghasilkan kadar HbCO
mendekati 5%. Walaupun wanita hamil dan
janin yang dikandungnya akan menghasilkan CO dari dalam tubuh (endogenous)
dengan kadar yang lebih tinggi, pajanan
tambahan dari luar dapat mengurangi fungsi oksigenasi jaringan dan plasental,
yang menyebabkan bayi dengan berat badan
rendah. Kondisi seperti ini menjelaskan mengapa wanita merokok melahirkan bayi
dengan berat badan lebih rendah dari normal.
Masih ada dua aspek lain dari pengaruh CO terhadap kesehatan yang perlu
dicatat. Pertama, tampaknya binatang percobaan
dapat beradaptasi terhadap pemajanan CO karena mampu mentolerir dengan mudah
pemajanan akut pada kadar tinggi,
walaupun masih memerlukan penjelasan lebih lanjut. Kedua, dalam kaitannya
dengan CO di lingkungan kerja yang dapat
menggangggu pertubuhan janin pada pekerja wanita, adalah kenyataan bahwa paling
sedikit satu jenis senyawa hidrokarbon-halogen
yaitu metilen khlorida (dikhlorometan), dapat menyebabkan meningkatnya kadar
HbCO karena ada metobolisme
di dalam tubuh setelah absorpsi terjadi. Karena
senyawa diatas termasuk kelompok pelarut (Sollvent) yang banyak digunakan dalam
industri untuk menggantikan karbon
tetrakhlorida yang beracun, maka keamanan lingkungan kerja mereka perlu
ditinjau lebih lanjut.
D.
PENGENDALIAN
1.
PENCEGAHAN
D.1.1
Sumber Bergerak
a) Merawat
mesin kendaraan bermotor agar tetap baik.
b)
Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala.
c)
Memasang filter pada knalpot.
D.1.2
Sumber Tidak Bergerak
a)
Memasang scruber pada cerobong asap.
b) Merawat
mesin industri agar tetap baik dan lakukan pengujian secara berkala.
c)
Menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar CO rendah.
D.1.3
Manusia
Apabila
kadar CO dalam udara ambien telah melebihi baku mutu ( 10.000 ug/Nm3 udara
dengan rata-rata waktu
pengukuran 24 jam ) maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya:
a)
Menggunakan alat pelindung diri ( APD ) seperti masker gas.
b) Menutup
/ menghindari tempat-tempat yang diduga mengandung CO seperti sumur tua , Goa ,
dll.
E.
PENANGGULANGAN
a)
Mengatur pertukaran udara didalam ruang seperti mengunakan exhaust-fan.
b) Bila
terjadi korban keracunan maka lakukan :
Berikan
pengobatan atau pernafasan buatan
Kirim
segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat
2. Nitrogen dioksida (N02)
SIFAT FISIKA DAN
KIMIA
Oksida Nitrogen
(NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di atmosfir yang terdiri dari
nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida
(NO2). Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut
yang paling banyak diketahui sebagai bahan
pencemar udara. Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak
berbau sebaliknya nitrogen dioksida berwarna
coklat kemerahan dan berbau tajam. Nitrogen monoksida
terdapat diudara dalam jumlah lebih besar daripada NO2. Pembentukan NO dan NO2
merupakan reaksi antara nitrogen dan
oksigen diudara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih
banyak oksigen membentuk NO2. Udara terdiri dari
80% Volume nitrogen dan 20% Volume oksigen. Pada suhu kamar, hanya sedikit
kecendrungan nitrogen dan oksigen untuk
bereaksi satu sama lainnya. Pada suhu yang lebih tinggi (diatas 1210°C) keduanya dapat
bereaksi membentuk NO dalam jumlah
banyak sehingga mengakibatkan pencemaran udara. Dalam proses pembakaran, suhu
yang digunakan biasanya mencapai
1210 – 1.765 °C, oleh karena itu reaksi ini merupakan sumber NO yang
penting. Jadi reaksi pembentukan NO merupakan hasil
samping dari proses pembakaran.
B. SUMBER DAN
DISTRIBUSI
Dari seluruh jumlah
oksigen nitrogen ( NOx ) yang dibebaskan ke udara, jumlah yang terbanyak adalah
dalam bentuk NO yang diproduksi oleh
aktivitas bakteri. Akan tetapi pencemaran NO dari sumber alami ini tidak
merupakan masalah karena tersebar secara merata
sehingga jumlah nya menjadi kecil. Yang menjadi masalah adalah pencemaran NO
yang diproduksi oleh kegiatan manusia
karena jumlahnya akan meningkat pada tempat-tempat tertentu. Kadar NOx diudara
perkotaan biasanya 10–100 kali lebih tinggi dari pada di udara pedesaan. Kadar
NOx diudara daerah perkotaan dapat
mencapai 0,5 ppm (500 ppb). Seperti halnya CO, emisi NOx dipengaruhi oleh
kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang
diproduksi manusia adalah dari pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan
oleh kendaraan bermotor,
produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOx buatan manusia
berasal dari pembakaran arang,
minyak, gas, dan bensin. Kadar NOx di udara
dalam suatu kota bervariasi sepanjang hari tergantung dari intensitas sinar
mataharia dan aktivitas
kendaraan bermotor.
Perubahan kadar NOx berlangsung sebagai berikut :
a) Sebelum matahari
terbit, kadar NO dan NO2 tetap stabil dengan kadar sedikit lebih tinggi dari
kadar minimum seharihari.
b) Setelah aktifitas
manusia meningkat ( jam 6-8 pagi ) kadar NO meningkat terutama karena
meningkatnya aktivitas lalulintas yaitu
kendaraan bermotor. Kadar NO tetinggi pada saat ini dapat mencapai 1-2 ppm.
c) Dengan terbitnya
sinar matahari yang memancarkan sinar ultra violet kadar NO2 ( sekunder ) kadar
NO2 pada saat ini dapat mencapai 0,5
ppm.
d) Kadar ozon
meningkat dengan menurunnya kadar NO sampai 0,1 ppm.
e) Jika intensitas
sinar matahari menurun pada sore hari ( jam 5-8 malam ) kadar NO meningkat
kembali.
f) Energi matahari
tidak mengubah NO menjadi NO2 (melalui reaksi hidrokarbon) tetapi O3 yang
terkumpul sepanjang hari akan bereaksi
dengan NO. Akibatnya terjadi kenaikan kadar NO2 dan penurunan kadar O3.
g) Produk akhir dari
pencemaran NOx di udara dapat berupa asam nitrat, yang kemudian diendapkan
sebagai garamgaram nitrat didalam air
hujan atau debu. Merkanisme utama pembentukan asam nitrat dari NO2 di udara
masih terus dipelajari
Salah satu reaksi dibawah ini diduga juga terjadi diudara tetapi diudara tetapi
peranannya mungkin sangat kecil dalam
menentukan jumlah asam nitrat di udara.
h) Kemungkinan lain
pembentukan HNO3 didalam udara tercemar adalah adanya reaksi dengan ozon pada
kadar NO2 maksimum O3 memegang
peranan penting dan kemungkinan terjadi tahapan reaksi sebagai berikut :
O3 + NO2 ----à
NO3 +
O2
NO3 + NO2 -----àN2O5
N2O5 + 2HNO3 ----à
2HNO3
Reaksi tersebut
diatas masih terus dibuktikan kebenarannya, tetapi yang penting adalah bahwa
proses-proses diudara
mengakibatkan perubahan NOx menjadi HNO3 yang kemudian bereaksi membentuk
partikel-partikel.
C. DAMPAK TERHADAP
KESEHATAN
Oksida nitrogen
seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. Penelitian menunjukkan bahwa NO2
empat kali lebih beracun daripada NO. Selama
ini belum pernah dilaporkan terjadinya keracunan NO yang mengakibatkan
kematian. Diudara ambien yang normal, NO
dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang bersifat racun. Penelitian terhadap
hewan percobaan yang dipajankan NO dengan
dosis yang sangat tinggi, memperlihatkan gejala kelumpuhan sistim syarat dan
kekejangan. Penelain menunjukkan
bahwa tikus yang dipajan NO sampai 2500 ppm akan hilang kesadarannya setelah
6-7 menit, tetapi jika kemudian diberi
udara segar akan sembuh kembali setelah 4–6 menit. Tetapi jika pemajanan NO
pada kadar tersebut berlangsung selama
12 menit, pengaruhnya tidak dapat dihilangkan kembali, dan semua tikus yang
diuji akan mati. NO2 bersifat racun
terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat
mematikan sebagian besar binatang percobaan
dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru ( edema
pulmonari ). Kadar NO2 sebesar 800 ppm
akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang yang diuji dalam waktu
29 menit atau kurang. Pemajanan
NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan
dalam bernafas.
D. PENGENDALIAN
D.1. PENCEGAHAN
D.1.1. Sumber
Bergerak
a) Merawat mesin
kendaraan bermotor agar tetap baik.
b) Melakukan
pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala.
c) Memasang filter
pada knalpot.
D.1.2. Sumber Tidak
Bergerak
a) Mengganti
peralatan yang rusak.
b) Memasang scruber
pada cerobong asap.
c) Memodifikasi pada
proses pembakaran.
D.1.3. Manusia
Apabila kadar NO2
dalam udara ambien telah melebihi baku mutu ( 150 mg/Nm3 dengan waktu
pengukur 24 jam) maka untuk mencegah dampak
kesehatan dilakukan upaya-upaya :
a) Menggunakan alat
pelindung diri, seperti masker gas.
b) Mengurangi
aktifitas di luar rumah.
D.2. PENANGGULANGAN
a) Mengatur
pertukaran udara di dalam ruang, seperti mengunakan exhaust-fan.
b) Bila terjadi
korban keracunan, maka lakukan :
· Berikan pengobatan
atau pernafasaan buatan.
· Kirim segera ke
Rumah Sakit atau Puskesmas terdekat.
3. Sulfur Dioksida (S02)
A. SIFAT FISIKA DAN
KIMIA
Pencemaran oleh
sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang
tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan
Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur
dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan
tidak mudah terbakar diudara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen
yang tidak reaktif. Pembakaran
bahan-bahan yang mengandung Sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur
oksida, tetapi jumlah relatif masing-masing tidak
dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia. Di udara SO2 selalu terbentuk
dalam jumlah besar. Jumlah SO3 yang terbentuk
bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx.
Mekanisme
pembentukan SOx dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi sebagai berikut :
S + O2 <
--------- > SO2
2 SO2 + O2 <
--------- > 2 SO3
SO3 di udara dalam
bentuk gas hanya mungkin ada jika konsentrasi uap air sangat rendah. Jika
konsentrasi uap air sangat rendah. Jika uap air
terdapat dalam jumlah cukup, SO3 dan uap air akan segera bergabung membentuk
droplet asam sulfat (H2SO4 ) dengan
reaksi sebagai berikut :
SO SO2 + H2O2
------------ > H2SO4
Komponen yang normal
terdapat di udara bukan SO3 melainkan H2SO4 Tetapi jumlah H2SO4 di atmosfir
lebih banyak dari pada yang dihasilkan dari
emisi SO3 hal ini menunjukkan bahwa produksi H2SO4 juga berasal dari mekanisme
lainnya. Setelah berada
diatmosfir sebagai SO2 akan diubah menjadi SO3 (Kemudian menjadi H2SO4) oleh
proses-proses fotolitik dan katalitik Jumlah SO2
yang teroksidasi menjadi SO3 dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk jumlah
air yang tersedia, intensitas, waktu
dan distribusi spektrum sinar matahari, Jumlah bahan katalik, bahan sorptif dan
alkalin yang tersedia. Pada malam hari atau
kondisi lembab atau selama hujan SO2 di udara diaborpsi oleh droplet air
alkalin dan bereaksi pada kecepatan tertentu untuk
membentuk sulfat di dalam droplet.
B. SUMBER DAN
DISTRIBUSI
Sepertiga dari
jumlah sulfur yang terdapat di atmosfir merupakan hasil kegiatan manusia dan
kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga hasil
kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga bagian lagi
berasal dari sumber-sumber alam seperti vulkano
dan terdapat dalam bentuk H2S dan oksida. Masalah yang ditimbulkan oleh bahan
pencemar yang dibuat oleh manusia adalah
ditimbulkan oleh bahan pencemar yang dibuat oleh manusia adalah dalam hal
distribusinya yang tidak merata sehingga
terkonsentrasi pada daerah tertentu. Sedangkan pencemaran yang berasal dari
sumber alam biasanya lebih tersebar merata.
Tetapi pembakaran bahan bakar pada sumbernya merupakan sumber pencemaran Sox,
misalnya pembakaran arang, minyak bakar
gas, kayu dan sebagainya Sumber SOx yang kedua adalah dari proses-proses
industri seperti pemurnian petroleum, industri
asam sulfat, industri peleburan baja dan sebagainya.
Pabrik peleburan
baja merupakan industri terbesar yang menghasilkan Sox. Hal ini disebabkan
adanya elemen penting alami dalam bentuk garam
sulfida misalnya tembaga ( CUFeS2 dan CU2S ), zink (ZnS), Merkuri (HgS) dan
Timbal (PbS). Kebanyakan senyawa
logam sulfida dipekatkan dan dipanggang di udara untuk mengubah sulfida menjadi
oksida yang mudah tereduksi. Selain
itu sulfur merupakan kontaminan yang tidak dikehandaki didalam logam dan
biasanya lebih mudah untuk menghasilkan sulfur
dari logam kasar dari pada menghasilkannya dari produk logam akhirnya. Oleh
karena itu SO2 secara rutin diproduksi sebagai
produk samping dalam industri logam dan sebagian akan terdapat di udara.
C. DAMPAK TERHADAP
KESEHATAN
Pencemaran SOx
menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan, kerusakan pada tanaman terjadi
pada kadasr sebesar 0,5 ppm. Pengaruh utama
polutan Sox terhadap manusia adalah iritasi sistim pernafasan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan
terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa individu
yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm.
SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua
dan penderita yang mengalami
penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular. Individu dengan
gejala penyakit tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan SO2, meskipun
dengan kadar yang relatif rendah. Kadar SO2
yang berpengaruh terhadap gangguan kesehatan adalah sebagai berikut :
Konsentrasi ( ppm )
Pengaruh
3 – 5 Jumlah
terkecil yang dapat dideteksi dari baunya
8 – 12 Jumlah
terkecil yang segera mengakibatkan iritasi tenggorokan
20 Jumlah terkecil
yang akan mengakibatkan iritasi mata
20 Jumlah terkecil
yang akan mengakibatkan batuk
20 Maksimum yang
diperbolehkan untuk konsentrasi dalam waktu lama
50 – 100 Maksimum
yang diperbolehkan untuk kontrak singkat ( 30 menit )
400 -500 Berbahaya
meskipun kontak secara singkat
D. PENGENDALIAN
1. PENCEGAHAN
D.1.1 Sumber
Bergerak
a) Merawat mesin
kendaraan bermotor agar tetap berfungsi baik
b) Melakukan
pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala
c) Memasang filter
pada knalpot
D.1.2 Sumber Tidak
Bergerak
a) Memasang scruber
pada cerobong asap.
b) Merawat mesin
industri agar tetap baik dan lakukan pengujian secara berkala.
c) Menggunakan bahan
bakar minyak atau batu bara dengan kadar Sulfur rendah.
D.1.3 Bahan Baku
a) Pengelolaan bahan
baku SO2 sesuai dengan prosedur pengamanan.
D.1.4 Manusia
Apabila kadar SO2
dalam udara ambien telah melebihi Baku Mutu (365mg/Nm3 udara dengan
rata-rata waktu pengukuran 24 jam) maka untuk
mencegah dampak kesehatan, dilakukan upaya-upaya :
a) Menggunakan alat
pelindung diri (APD), seperti masker gas.
b) Mengurangi
aktifitas diluar rumah.
2. PENANGGULANGAN
1) Memperbaiki alat
yang rusak
2) Penggantian
saringan/filter
3) Bila
terjadi/jatuh korban, maka lakukan :
· Pindahkan korban ke
tempat aman/udara bersih.
· Berikan pengobatan
atau pernafasan buatan.
· Kirim segera ke rumah
sakit atau Puskesmas terdekat.
4. Ozon (03 )
A. SIFAT FISIK DAN
KIMIA
Ozon (O3) merupakan
senyawa di udara selain oksigen yang memiliki sifat sebagai pengoksidasi.
Oksidan adalah komponen atmosfir yang
diproduksi oleh proses fotokimia, yaitu suatu proses kimia yang membutuhkan
sinar matahari mengoksidasi komponen-komponen
yang tak segera dioksidasi oleh oksigen. Senyawa yang terbentuk merupakan bahan
pencemar sekunder yang diproduksi
karena interaksi antara bahan pencemar primer dengan sinar. Hidrokarbon
merupakan komponen yang berperan dalam produksi oksidan fotokimia. Reaksi ini
juga melibatkan siklus fotolitik NO2. Polutan
sekunder yang dihasilkan dari reaksi hidrokarbon dalam siklus ini adalah ozon
dan peroksiasetilnitrat.
Ozon merupakan salah
satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah fluor, oksigen dan oksigen
fluorida (OF2). Meskipun di alam terdapat dalam
jumlah kecil tetapi lapisan lain dengan bahan pencemar udara Ozon sangat
berguna untuk melindungi bumi dari radiasi
ultraviolet (UV-B). Ozon terbentuk diudara pada ketinggian 30 km dimana radiasi
UV matahari dengan panjang gelombang
242 nm secara perlahan memecah molekul oksigen (O2) menjadi atom oksigen
tergantung dari jumlah molekul O2 atom-atom
oksigen secara cepat membentuk ozon. Ozon menyerap radiasi sinar matahari
dengan kuat didaerah panjang gelombang
240-320 nm. Absorpsi radiasi elektromagnetik oleh ozon didaerah ultraviolet dan
inframerah digunakan dalam metode-metode
analitik.
PEROKSIASETILNITRAT
Proses-proses
fotokimia menghasilkan jenis-jenis pengoksidasi lain –selain ozon, termasuk
peroksiasilinitrat yang mempunyai
struktur sebagai
berikut :
O
R – C
0 0 N O 2
R = CH3 :
peroksiasetilnitrat ( PAN )
R = C2H5 :
peroksipropionilnitrat ( PPN )
R = C6H5 :
peroksibenzoilnitrat ( PBzN )
Meskipun untuk
setiap jenis peroksiasetilnitrat sudah diberikan perhatian, data monitoring
yang tersedia hanya untuk peroksiasetilnitrat.
Peroksiasrtilnitrat mempunyai 2 ciri yang dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya peroksiasetilnitrat kadar rendah. Ciri
pertama adalah absorpsi di daerah inframerah dan kemampuan dalam menangkap
elektron. Ciri kedua digunakan sebagai
dasar metoda pengukuran kadar peroksiasetilnitrat di udara secara
khromatografi.
OKSIDAN LAIN
Hidrogen peroksida
telah diidentifikasi sebagai oksidan fotokimia yang potensial. Akan tetapi
hidrogen peroksida ini merupakan senyawa yang sangat
sulit dideteksi secara spesifik di udara. Oleh arena itu tidak mungkin
memperkirakan dengan pasti bahwa hidrogen peroksida
sebagai pencemar fotokimia udara.
B. SUMBER DAN
DISTRIBUSI
Yang dimaksud dengan
oksidan fotokimia meliputi Ozon, Nitrogen dioksida, dan peroksiasetilnitrat
(PAN) karena lebih dari 90% total oksidan
terdapat dalam bentuk ozon maka hasil monitoring udara ambien dinyatakan
sebagai kadar ozon. Karena pengaruh pencemaran
udara jenis oksidan cukup akut dan cepatnya perubahan pola pencemaran selama
sehari dan dari suatu tempat ketempat
lain, maka waktu dimana kadar Ozon paling tinggi secara umum ditentukan dalam
pemantauan. Mencatat jumlah perjam per
hari, perminggu, per musim atau per tahun selama kadar tertentu dilampaui juga
merupakan cara yang berguna untuk
melaporkan sejauh mana Ozon menjadi masalah.
Kadar ozon alami
yang berubah-ubah sesuai dengan musim pertahunnya berkisar antara 10–100mg/m3 (0,005–0,05
ppm).
Diwilayah pedesaan
kadar ozon dapat menjadi tinggi karena adanya kiriman jarak jauh O3 dari udara
yang berasal dari perkotaan. Didaerah
perkotaan yang besar, tingkat ozon atau total oksidan maksimum 1 jam dapat
berkisar dari 300–800 mg/m3 (0,15-0,40 ppm)
atau lebih. 5–30% hasil
pemantauan di beberapa kota besar didapatkan kadar oksida maksimum 1jam yang
melampaui 200 mg/m3 (0,1 ppm).
Peroksiasetilnitrat
umumnya terbentuk secara serentak bersama dengan ozon. Pengukuran kadar PAN di
udara ambien yang telah dilakukan
relatif sedikit, tetapi dari hasil pengukuran Pb dapat diamati perbandingan
antara PAN dengan ozon antara 1:50 dan 1:100, dan
variasi kadar kadang-kadang mengikuti ozon.
C. DAMPAK TERHADAP
KESEHATAN
Oksidan fotokimia
masuk kedalam tubuh dan pada kadar subletal dapat mengganggu proses pernafasan
normal, selain itu oksidan fotokimia
juga dapat menyebabkan iritasi mata.
Beberapa gejala yang
dapat diamati pada manusia yang diberi perlakuan kontak dengan ozon, sampai
dengan kadar 0,2 ppm tidak ditemukan
pengaruh apapun, pada kadar 0,3 ppm mulai terjadi iritasi pada hidung dan
tenggorokan. Kontak dengan
Ozon pada kadar
1,0–3,0 ppm selama 2 jam pada orang-orang yang sensitif dapat mengakibatkan
pusing berat dan kehilangan koordinasi. Pada
kebanyakan orang, kontak dengan ozon dengan kadar 9,0 ppm selama beberapa waktu
akan mengakibatkan edema pulmonari.
Pada kadar di udara
ambien yang normal, peroksiasetilnitrat (PAN) dan Peroksiabenzoilnitrat (PbzN)
mungkin menyebabkan iritasi mata tetapi
tidak berbahaya bagi kesehatan. Peroksibenzoilnitrat (PbzN) lebih cepat
menyebabkan iritasi mata.
Benda Partikulat (PM)
5. PARTIKEL DEBU
A. SIFAT FISIKA DAN
KIMIA
Partikulat debu
melayang (Suspended Particulate Matter/SPM) merupakan campuran yang sangat
rumit dari berbagai senyawa organik dan
anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari
< 1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron.
Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama
dalam keadaan melayang-layang di udara dan masuk
kedalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Selain dapat berpengaruh negatif
terhadap kesehatan, partikel
debu juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan juga mengadakan
berbagai reaksi kimia di udara. Partikel debu
SPM pada umumnya mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda, dengan
berbagai ukuran dan bentuk yang berbada
pula, tergantung dari mana sumber emisinya. Karena Komposisi
partikulat debu udara yang rumit, dan pentingnya ukuran partikulat dalam
menentukan pajanan, banyak istilah yang
digunakan untuk menyatakan partikulat debu di udara. Beberapa istilah digunakan
dengan mengacu pada metode pengambilan sampel
udara seperti : Suspended Particulate Matter (SPM), Total Suspended Particulate
(TSP), balack smake.
Istilah lainnya lagi
lebih mengacu pada tempat di saluran pernafasan dimana partikulat debu dapat
mengedap, seperti inhalable/thoracic
particulate yang terutama mengedap disaluran pernafasan bagian bawah, yaitu
dibawah pangkal tenggorokan (larynx
). Istilah lainnya yang juga digunakan adalah PM-10 (partikulat debu dengan
ukuran diameter aerodinamik<10 mikron), yang
mengacu pada unsur fisiologi maupun metode pengambilan sampel.
B. SUMBER DAN
DISTRIBUSI
Secara alamiah
partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang terbawa oleh angin
atau berasal dari muntahan letusan gunung
berapi. Pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung senyawa
karbon akan murni atau bercampur
dengan gas-gas organik seperti halnya penggunaan mesin disel yang tidak
terpelihara dengan baik. Partikulat debu
melayang (SPM) juga dihasilkan dari pembakaran batu bara yang tidak sempurna
sehingga terbentuk aerosol kompleks dari
butir-butiran tar. Dibandingkan dengan pembakaraan batu bara, pembakaran minyak
dan gas pada umunya menghasilkan SPM
lebih sedikit. Kepadatan kendaraan bermotor dapat menambah asap hitam pada
total emisi partikulat debu. Demikian juga
pembakaran sampah domestik dan sampah komersial bisa merupakan sumber SPM yang
cukup penting.
Berbagai proses
industri seperti proses penggilingan dan penyemprotan, dapat menyebabkan abu
berterbangan di udara, seperti yang juga
dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor.
C. DAMPAK TERHADAP
KESEHATAN
Inhalasi merupakan
satu-satunya rute pajanan yang menjadi perhatian dalam hubungannya dengan
dampak terhadap kesehatan. Walau
demikian ada juga beberapa senjawa lain yang melekat bergabung pada partikulat,
seperti timah hitam (Pb) dan senyawa beracun
lainnya, yang dapat memajan tubuh melalui rute lain. Pengaruh partikulat
debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara sangat tergantung kepada
ukurannya. Ukuran partikulat debu
bentuk padat maupun cair yang berada diudara sangat tergantung kepada
ukurannya. Ukuran partikulat debu yang membahayakan
kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan 10 mikron. Pada
umunya ukuran partikulat debu
sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang dapat langsung masuk kedalam
paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan
ini bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak
berbahaya, karena partikulat yang lebih besar
dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi.
Keadaan ini akan lebih bertambah parah
apabila terjadi reaksi sinergistik dengan gas SO2 yang terdapat di udara juga. Selain itu
partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa angin akan menyebabkan
iritasi pada mata dan dapat menghalangi daya
tembus pandang mata (Visibility) Adanya ceceran logam beracun yang terdapat
dalam partikulat debu di udara merupakan
bahaya yang terbesar bagi kesehatan. Pada umumnya udara yang tercemar hanya
mengandung logam berbahaya sekitar
0,01% sampai 3% dari seluruh partikulat debu di udara Akan tetapi logam
tersebut dapat bersifat akumulatif dan kemungkinan
dapat terjadi reaksi sinergistik pada jaringan tubuh, Selain itu diketahui pula
bahwa logam yang terkandung di udara yang
dihirup mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan dosis sama yang
besaral dari makanan atau air minum. Oleh
karena itu kadar logam di udara yang terikat pada partikulat patut mendapat
perhatian .
D. PENGENDALIAN
D.1. PENCEGAHAN
a) Dengan melengkapi
alat penangkap debu ( Electro Precipitator ).
b) Dengan melengkapi
water sprayer pada cerobong.
c) Pembersihan
ruangan dengan sistim basah.
d) Pemeliharaan dan
perbaikan alat penangkap debu.
e) Menggunakan
masker.
D.2. PENANGGULANGAN
a) Memperbaiki alat
yang rusak
6. TIMAH HITAM
A. SIFAT FISIK DAN KIMIA
Timah hitam ( Pb ) merupakan logam
lunak yang berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh
pada 327,5°C dan titik didih
1.740°C
pada tekanan atmosfer. Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan
Pb-tetrametil merupakan senyawa yang penting karena banyak
digunakan sebagai zat aditif pada bahan bakar bensin dalam upaya meningkatkan
angka oktan secara ekonomi. PB-tetraetil
dan Pb tetrametil berbentuk larutan dengan titik didih masing-masing 110°C dan 200°C. Karena daya penguapan kedua senyawa
tersebut lebih rendah dibandingkan dengan daya penguapan unsur-unsur lain dalam bensin, maka penguapan bensin akan
cenderung memekatkan kadar P-tetraetil dan Pb-tetrametil. Kedua senyawa ini
akan terdekomposisi pada titik didihnya
dengan adanya sinar matahari dan senyawa kimia lain diudara seperti senyawa
holegen asam atau oksidator.
B. SUMBER DAN DISTRIBUSI
Pembakaran Pb-alkil sebagai zat
aditif pada bahan bakar kendaraan bermotor merupakan bagian terbesar dari
seluruh emisi Pb ke atmosfer berdasarkan estimasi
skitar 80–90% Pb di udara ambien berasal dari pembakaran bensin tidak sama
antara satu tempat dengan tempat lain karena
tergantung pada kepadatan kendaraan bermotor dan efisiensi upaya untuk
mereduksi kandungan pb pada bensin. Penambangan dan peleburan batuan Pb
di beberapa wilayah sering menimbulkan masalah pencemaran Tingkat kontaminasi
Pb di udara dan air sekitar wilayah
tersebut tergantung pada jumlah Pb yang diemisikan tinggi cerobong pembakaran
limbah topopgrafi dan kondisi lokal lainnya.
Peleburan Pb sekunder, penyulingan dan industri senyawa dan barang-barang yang mengandung Pb, dan insinerator juga
dapat menambah emisi Pb ke lingkungan. Karena batubara seperti juga mineral
lainnya (batuan dan sedimen) pada umumnya mengandung Pb kadar rendah, maka
kegiatan berbagai industri yang
terutama menghasilkan besi dan baja peleburan tembaga dan pembakaran batubara,
harus dipandang sebagai sumber yang dapat
menambah emisi Pb ke udara. Penggunaan pipa air yang mengandung Pb dirumah tangga terutama pada daerah yang
kesadahan airnya rendah (lunak) dapat menjadi sumber pemajanan Pb pada manusia.
Demikian juga didaerah dengan banyak
rumah tua yang masih menggunakan cat yang mengandung Pb dapat menjadi sumber pemajanan Pb.
C. DAMPAK TERHADAP KESEHATAN
Pemajanan Pb dari industri telah
banyak tercatat tetapi kemaknaan pemajanan di masyarakatvluas masih
kontroversi, Kadar Pb di alam sangat bervariasi tetapi
kandungan dalam tubuh manusia berkisar antara 100–400 mg. Sumber masukan Pb adalah makanan
terutama bagi mereka yang tidak bekerja atau kontak dengan Pb Diperkirakan
rata-rata masukkan Pb melalui makanan adalah
300 ug per hari dengan kisaran antara 100–500 mg perhari. Rata-rata
masukkan melalui air minum adalah 20 mg dengan kisaran
antara 10–100 mg. Hanya sebagian asupan (intake) yang diabsorpsi
melalui pencernaan. Pada manusia dewasa
absorpsi untuk jangka panjang berkisar antara 5–10% bila asupan tidak
berlebihan kandungan Pb dalam tinja dapat untuk
memperkirakan asupan harian karena 90% Pb dikeluarkan dengan cara ini.
Kontribusi Pb di udara terhadap
absorpsi oleh tubuh lebih sulit diperkirakan. Distribusi ukuran partikel dan
kelarutan pb dalam partikel juga harus dipertimbangkan
biasanya kadar pb di udara sekitar 2 mg/m3 dan dengan asumsi 30% mengendap disaluran pernapasan dan absorpsi
sekitar 14 mg/per
hari. Mungkin perhitungan ini bisa dianggap terlalu besar dan partikel Pb yang dikeluarkan dari kendaraan
bermotor ternyata bergabung dengan filamen karbon dan lebih kecil dari yang
diperkirakan walaupun agregat ini sangat kecil
(0,1 mm)
jumlah yang tertahan di alveoli mungkin kurang dari 10%. Uji kelarutan menunjukkan bahwa Pb berada dalam
bentuk yang sukar larut.
Hampir semua organ tubuh mengandung
Pb dan kira-kira 90% dijumpai di tulang, kandungan dalam darah kurang dari 1% kandungan dalam darah dipengaruhi
oleh asupan yang baru (dalam 24 Jam terakhir) dan Oleh pelepan dari sistem
rangka. Manusia dengan pemajanan rendah
mengandung 10–30 mg Pb/100 g darah Manusia yang mendapat pemajanan kadar
tinggi mengandung lebih dari 100 mg/100 g darah
kandungan dalam darah sekitar 40 mg Pb/100g dianggap terpajan berat
atau mengabsorpsi Pb cukup tinggi walau
tidak terdeteksi tanda-tanda keluhan keracunan.
Terdapat perbedaan tingkat kadar Pb
di perkantoran dan pedesaan wanita cenderung mengandung Pb lebih rendah
dibanding pria, dan pada perokok lebih tinggi
dibandingkan bukan perokok. Gejala klinis keracunan timah hitam
pada individu dewasa tidak akan timbul pada kadar Pb yang terkandung dalam
darah dibawah 80 mg Pb/100 g darah
namun hambatan aktivitas enzim untuk sintesa haemoglobin sudah terjadi pada
kandungan Pb normal (30–40 mg).
Timah Hitam berakumulasi di rambut
sehingga dapat dipakai sebagai indikator untuk memperkirakan tingkat pemajanan
atau kandungan Pb dalam tubuh Anak-anak
merupakan kelompok risika tinggi Menelan langsung bekas cat yang mengandung Pb merupakan sumber pemajanan, selain
emisi industri dan debu jalan yang berasal dari lalu lintas yang padat Mungkin keracunan Pb ada juga hubungannya
dengan keterbelakangan mental tetapi belum ada bukti yang jelas. Senyawa Pb organik bersifat
neurotoksik dan tidak menyebabkan anemia Hampir semua Pb–tetraetil diubah
menjadi Pb Organik dalam proses pembakaran bahan
bakar bermotor dan dilepaskan ke udara.
Pengaruh Pb dalam tubuh belum
diketahui benar tetapi perlu waspada terhadap pemajanan jangka panjang Timah
Hitam dalam tulang tidak beracun tetapi
pada kondisi tertentu bisa dilepaskan karena infeksi atau proses biokimia dan
memberikan gejala keluhan garam Pb tidak
bersifat karsiogenik terhadap manusia.
Gangguan kesehatan adalah akibat
bereaksinya Pb dengan gugusan sulfhidril dari protein yang menyebabkan
pengendapan protein dan menghambat pembuatan
haemoglobin, Gejala keracunan akut didapati bila tertelan dalam jumlah besar
yang dapat menimbulkan sakit perut muntah
atau diare akut. Gejala keracunan kronis bisa menyebabkan hilang nafsu makan, konstipasi lelah sakit kepala,
anemia, kelumpuhan anggota badan, Kejang dan gangguan penglihatan.
D. PENGENDALIAN
D.1 PENCEGAHAN
D.1.1 Sumber Tidak Bergerak
a) Memasang scruber pada cerobong
asap.
b) Memodfikasi pada proses
pembakaran.
D.1.2 Manusia
Apabila kadar timah hitam dalam udara
ambien telah melebihi baku mutu (2 ug/Nm3 dengan waktu pengukuran 24 jam) maka untuk mencegah dampak kesehatan
dilakukan upaya-upaya :
a) Menggunakan alat pelindung diri
seperti masker.
b) Mengurangi aktifitas diluar rumah.
D.2. PENANGGULANGAN
a) Memperbaiki alat yang rusak
b) Bila terjadi keracunan maka
lakukan :
· Pemberian pengobatan.
· Kirim segera ke rumah sakit
atau puskesmas terdekat.
7. HydroCarbon (HC)
A. SIFAT / KARASTERISTIK
Struktur Hidrokarban (HC) terdiri
dari elemen hidrogen dan korbon dan sifat fisik HC dipengaruhi oleh jumlah atom
karbon yang menyusun molekul HC. HC adalah
bahan pencemar udara yang dapat berbentuk gas, cairan maupun padatan. Semakin tinggi jumlah atom karbon, unsur ini
akan cenderung berbentuk padatan. Hidrokarbon dengan kandungan unsur C antara
1-4 atom karbon akan berbentuk gas pada
suhu kamar, sedangkan kandungan karbon diatas 5 akan berbentuk cairan dan padatan.
HC yang berupa gas akan tercampur
dengan gas-gas hasil buangan lainnya. Sedangkan bila berupa cair maka HC akan membentuk semacam kabut minyak, bila
berbentuk padatan akan membentuk asap yang pekat dan akhirnya menggumpal menjadi debu.
Berdasarkan struktur molekulnya,
hidrokarbon dapat dibedakan dalam 3 kelompok yaitu hidrokarban alifalik,
hidrokarbon aromatik dan hidrokarbon alisiklis.
Molekul hidrokarbon alifalik tidak mengandung cincin atom karbon dan semua atom
karbon tersusun dalam bentuk rantai lurus
atau bercabang.
B. SUMBER DAN DISTRIBUSI
Sebagai bahan pencemar udara,
Hidrokarbon dapat berasal dari proses industri yang diemisikan ke udara dan
kemudian merupakan sumber fotokimia dari ozon.
HC merupakan polutan primer karena dilepas ke udara ambien secara langsung, sedangkan oksidan fotokima merupakan
polutan sekunder yang dihasilkan di atmosfir dari hasil reaksi-reaksi yang
melibatkan polutan primer. Kegiatan industri
yang berpotensi menimbulkan cemaran dalam bentuk HC adalah industri plastik,
resin, pigmen, zat warna, pestisida dan
pemrosesan karet. Diperkirakan emisi industri sebesar 10 % berupa HC. Sumber HC dapat pula berasal dari
sarana transportasi. Kondisi mesin yang kurang baik akan menghasilkan HC. Pada umumnya pada pagi hari kadar HC di
udara tinggi, namun pada siang hari menurun. Sore hari kadar HC akan meningkat
dan kemudian menurun lagi pada malam
hari. Adanya hidrokarbon di udara terutama
metana, dapat berasal dari sumber-sumber alami terutama proses biologi
aktivitas geothermal seperti explorasi dan
pemanfaatan gas alam dan minyak bumi dan sebagainya Jumlah yang cukup besar
juga berasal dari proses dekomposisi bahan
organik pada permukaan tanah, Demikian juga pembuangan sampah, kebakaran hutan dan kegiatan manusia lainnya
mempunyai peranan yang cukup besar dalam memproduksi gas hidrakarbon di
atmosfir.
C. DAMPAK KESEHATAN
Hidrokarbon diudara akan bereaksi
dengan bahan-bahan lain dan akan membentuk ikatan baru yang disebut plycyclic
aromatic hidrocarbon (PAH) yang banyak
dijumpai di daerah industri dan padat lalulintas. Bila PAH ini masuk dalam
paru-paru akan menimbulkan luka dan merangsang
terbentuknya sel-sel kanker. Pengaruh hidrokarbon aromatic pada
kesehatan manusia dapat terlihat pada tabel dibawah ini.
Jenis Hidrokarbon Konsentrasi ( ppm )
Dampak Kesehatan
Benzene ( C6H6 ) 100 Iritasi membran
mukosa 3.000 Lemas setelah ½ - 1 Jam 7.500 Pengaruh sangat berbahaya
setelah pemaparan 1 jam 20.000 Kematian setelah pemaparan 5
–10 menit
Toluena ( C7H8 ) 200 Pusing lemah dan
berkunang-kunang setelah pemaparan 8 jam 600 Kehilangan koordinasi bola mata
terbalik setelah pemaparan 8 jam
D. PENGENDALIAN
1. PENCEGAHAN
D.1.1 Sumber Bergerak
a) Merawat mesin kendaraan bermotor
agar tetap baik.
b) Melakukan pengujian emisi secara
berkala dan KIR kendaraan.
c) Memasang filter pada knalpot.
D.1.2 Sumber Tidak Bergerak
a) Memasang scruber pada cerobong
asap.
b) Memodifikasi pada proses
pembakaran.
D.1.3 Manusia
Apabila kadar oksidan dalam udara
ambien telah melebihi baku mutu (235 mg/Nm3 dengan waktu pengukuran 1jam)
maka untuk mencegah dampak kesehatan
dilakukan upaya-upaya:
a) Menggunakan alat pelindung diri,
seperti masker gas.
b) Mengurangi aktifitas di luar
rumah.
2. PENANGGULANGAN
a) Mengganti peralatan yang rusak.
b) Mengatur pertukaran udara didalam
ruang, seperti menggunakan exhaust-fan.
c) Bila jatuh korban keracunan maka
lakukan :
· Berikan pengobatan
atau pernafasan buatan.
· Kirim segera ke Rumah
Sakit atau Puskesmas terdekat.
8. KHLORIN
A. SIFAT FISIKA DAN
KIMIA
Senyawa khlorine
yang mengandung khlor yang dapat mereduksi atau mengkonversi zat inert atau zat
kurang aktif dalam air, yang termasuk
senyawa khlorin adalah asam hipokhlorit (HOCL) dan garam hipokhlorit (OCL). Gas Khlorin ( Cl2)
adalah gas berwarna hijau dengan bau sangat menyengat. Berat jenis gas khlorin
2,47 kali berat udara dan 20 kali berat gas
hidrogen khlorida yang toksik. Gas khlorin sangat terkenal sebagai gas beracun
yang digunakan pada perang dunia ke-1.
B. SUMER DAN
DISTRIBUSI
Khlorin merupakan
bahan kimia penting dalam industri yang digunakan untuk khlorinasi pada proses
produksi yang menghasilkan produk
organik sintetik, seperti plastik (khususnya polivinil khlorida), insektisida
(DDT, Lindan, dan aldrin) dan herbisida (2,4
dikhloropenoksi asetat) selain itu [juga digunakan sebagai pemutih (bleaching
agent) dalam pemrosesan
sellulosa, industri
kertas, pabrik pencucian (tekstill) dan desinfektan untuk air minum dan kolam
renang. Terbentuknya gas
khlorin di udara ambien merupakan efek samping dari proses pemutihan (bleaching)
dan produksi zat/senyawa organik yang
mengandung khlor. Karena banyaknya penggunaan senyawa khlor di lapangan atau
dalam industri dalam dosis
berlebihan seringkali terjadi pelepasan gas khlorin akibat penggunaan yang
kurang efektif. Hal ini dapat menyebabkan
terdapatnya gas pencemar khlorin dalam kadar tinggi di udara ambien.
C. DAMPAK TERHADAP
KESEHATAN
Selain bau yang
menyengat gas khlorin dapat menyebabkan iritasi pada mata saluran pernafasan.
Apabila gas khlorin masuk dalam jaringan
paru-paru dan bereaksi dengan ion hidrogen akan dapat membentuk asam khlorida
yang bersifat sangat korosif dan menyebabkan
iritasi dan peradangan. diudara ambien, gas khlorin dapat mengalami proses
oksidasi dan membebaskan oksigen seperti
terlihat dalam reaksi dibawah ini :
CL2 + H2O ---------à
HCL +
HOCL
8 HOCl ---------à
6 HCl +
2HclO3 + O3
Dengan adanya sinar
matahari atau sinar terang maka HOCl yang terbentuk akan terdekomposisi menjadi
asam khlorida dan oksigen.
Selain itu gas
khlorin juga dapat mencemari atmosfer. Pada kadar antara 3,0 – 6,0 ppm gas
khlorin terasa pedas dan memerahkan mata. Dan
bila terpapar dengan kadar sebesar 14,0 – 21,0 ppm selama 30 –60 menit dapat
menyebabkan penyakit paru-paru (
pulmonari oedema ) dan bisa menyebabkan emphysema dan radang paru-paru.
D. PENGENDALIAN
1. PENCEGAHAN
D.1.1. Sumber Tidak
Bergerak
a) Memasang scruber
pada cerobong asap.
b) Memodifikasi pada
proses pembakaran.
D.1.2. Manusia
Apabila kadar
khlorin dalam udara ambien telah melebihi baku mutu (150 mg/Nm3 dengan waktu
pengukuran 24 jam) maka untuk mencegah
dampak kesehatan dilakukan upaya – upaya :
a) Menggunakan alat
pelindung diri, seperti masker gas.
b) Mengurangi
aktifitas di luar rumah.
2. PENANGGULANGAN
a) Mengganti
peralatan yang rusak.
b) Mengatur
pertukaran udara di dalam ruang seperti mengunakan exhaust-fan.
c) Bila terjadi
korban keracunan chlorin maka lakukan :
· Berikan pengobatan
atau pernafasan buatan.
· Kirim segera ke
Rumah Sakit atau Puskesmas terdekat.